Friday, January 16, 2009

Punca Kemusnahan Alam Semesta

"PENGUNCUPAN ALAM SEMESTA

Alam semesta ini diciptakan daripada tiada kepada ada. Dewasa ini teori ‘BIG BANG’ (Letusan Besar) semakin mendapat tempat. Menurut teori ini, alam semesta yang luas tidak ketahuan tepinya ini bermula daripada satu titik. Daripada titik inilah ia meletus lalu meluru dengan lajunya ke serata arah, mengembang hinggalah membentuk alam semesta hari ini. Proses pengembangan ini masih berterusan dan sentiasa semakin luas.

Maksud firman Tuhan dalam al-Quran:


“Dan langit itu Kami dirikan dengan kekuasaan Kami, dan sesungguhnya Kami berkuasa MELUASKANNYA.”

(Adz-Dzaariyaat: 47)


“Dia telah MENINGGIKAN bangunan langit itu lalu menyempurnakannya.”

(An-Naazi’aat: 28)

Titik asal itu memiliki kepadatan yang tidak terfikir oleh kita kerana di dalamnyalah terkandungnya seluruh alam semesta ini. Boleh jadi kepadatannya ‘melebihi tahap maksima’.


Antara hujah kepadatan ini boleh kita lihat dalam ayat berikut:

“Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya LANGIT DAN BUMI ITU PADA ASALNYA BERCANTUM, lalu Kami pisahkan kedua-duanya?”

(Al-Anbia’ : 30)


Sebelum ‘Big Bang’ berlaku, yang ada hanya Allah. Ketika itu ruang belum ada, tempat belum tercipta, arah tidak wujud, posisi masih dalam fikiran Tuhan dan sempadan ataupun sisi masih belum menjadi kenyataan. Langit dan bumi belum diwujudkan. Dimensi dan waktu belum dicipta. Yang ada hanyalah Allah tanpa terpengaruh dengan ruang, tempat, arah, posisi dan sempadan. Allah juga tidak terpengaruh dengan langit ataupun bumi kerana kedua-duanya belum wujud. Selepas ‘Big Bang’, Allah masih seperti itu juga, bersifat baqa’ tanpa mengalami sebarang perubahan sampailah bila-bila. Inilah yang dimaksudkan dalam akidah Ahli Sunnah wal Jamaah sebagai “Allah wujud tanpa bertempat dulu, kini dan selamanya”.

Walaupun proses pengembangan alam semesta ini dirasakan masih berterusan tetapi kelajuan luruannya semakin lemah. Tidak seperti pada asal letusan yang kelajuannya sangat hebat, kini ia menjadi semakin perlahan.


Samalah dengan kisah ‘bulu-bulu yang dilastik’. Pada mulanya meluru bak peluru, kemudiannya semakin perlahan dan akhirnya proses luruan itu terus berhenti. Samalah dengan bunga api yang ditembakkan ke udara. Pada awal letusannya, begitu laju api-apinya menerpa ke serata arah tetapi kemudiannya semakin perlahan dan akhirnya terus berhenti.

Sama juga dengan letusan bom nuklear. Dalam masa sesaat bom itu menghasilkan letusan yang ruang letupannya menjadi berkali-kali ganda saiz bom. Ketika ia mula-mula meletus, ledakan dari ‘pusat letupan’nya sangat laju ke serata arah. Apabila semakin menjauh ia semakin perlahan dan akhirnya berhenti setakat kemampuannya.

Begitulah halnya proses pengembangan alam semesta. Ia adalah letusan raja segala nuklear namun hari ini kuasa letusannya mungkin sudah terlalu lemah dan boleh jadi juga sudah terhenti.

Selepas kuasa letusannya habis (terhenti), apa yang berlaku?

Dijangkakan alam semesta akan kembali menguncup. Penguncupannya ini kembali menuju ke satu titik asal. Ketika itulah segala yang ada di langit ini akan berdekatan sesama sendiri dan akhirnya bertembung. Bintang-bintang yang dulunya jauh dari bumi seolah-olah meluru ke bumi. Pada sudut pandangan penduduk bumi, bintang-bintang jatuh. Teori penguncupan ini dikenali sebagai ‘BIG CRUNCH’.


Al-Quran menceritakan:


“Hari Kami MENGGULUNG LANGIT seperti menggulung lembaran surat catatan, SEBAGAIMANA Kami MEMULAKAN KEWUJUDAN SESUATU KEJADIAN, Kami ulangi wujudnya lagi sebagai satu janji yang ditanggung oleh Kami. Sesungguhnya Kami tetap melaksanakannya.”

(Al-Anbiaa’: 104)


Pada hari kiamat itu Allah akan menggulung semula alam semesta (mengembalikannya ke titik asal) sebagaimana Dia membentangkannya ketika alam semesta dicipta.

Wallahualam.


KOYAKAN ALAM SEMESTA

Satu teori lagi menjangkakan proses pengembangan ini akan terus berlaku namun tetap membawa kepada kemusnahan alam semesta. Teori ini dinamakan ‘BIG RIP’.

Untuk memahami teori ini kita ambil contoh belon. Ketika mula-mula ia ditiup kulit belon tebal. Apabila belon semakin besar, semakin nipislah kulitnya. Akhirnya, apabila ia sudah diregang hingga ke tahap maksima, ia akan terkoyak lalu meletup.

Alam semesta ini juga akan terkoyak apabila ia teregang melebihi kemampuannya. Mungkin hal inilah yang digambarkan oleh Allah kepada kita:

“Apabila langit terbelah.”

(Al-Insyiqaaq: 1)

“Apabila langit terbelah.”

(Al-Infitaar: 1)

“Lalu terbelahlah langit, lalu ia ketika itu menjadi reput (lalu runtuh).”

(Al-Haaqah: 16)

1 comment:

Unknown said...

Ketika aku masih kecil, ketika aku baru tersadar kalau aku baru saja terlahir sebagai manusia di dunia ini, otakku pun dipenuhi dengan pertanyaan.

ini adalah sungguh sebuah keajaiban, aku bisa bergerak, aku bisa berfikir dan lain sebagainya sedangkan benda mati seperti batu tidak sepertiku, begitu juga binatang dan tumbuhan yang tidak sesempurna manusia.

hidup begitu indah, hidup adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. aku mempunyai perasaan, aku bisa berfikir, aku hiduuuup.....

namun hidup ini hanyalah sementara, semua orang akan mati, sayang sekali rasanya bila aku yang bisa berfikir dan hidup ini suatu saat akan lenyap dimakan usia dan waktu. entah bagaimana rasanya ketika ajal menjemput.

hidup ini terasa sangat indah dan ajaib terlebih jika kita ingat kalau hidup ini hanyalah sementara. seandainya hidup itu abadi mungkin hidup tak akan terasa indah dan spesial sama seperti udara yang mudah kita dapatkan, kalau begitu hidup akan terasa biasa saja.

itulah hidup, dalam hidup ini ada rasa senang dan sedih, suka dan duka. namun suka tak mungkin ada tanpa duka, duka tak mungkin ada tanpa suka. jika dalam hidup ini tak ada suka duka maka semua akan menjadi netral yang tak jauh beda dengan kehampaan, ketiadaan atau kematian.

suka dan duka bagaikan gelap dan terang. semakin gelap dunia maka cahaya akan tampak semakin terang, semakin terang cahaya makan kegelapan tampak semakin pekat.

hidup ini betul2 penuh dengan dikotomi hitam-putih, gelap-terang, benar-salah, pria-wanita, positif-negatif dan seterusnya. karena semua dilotomi itulah yang menyebabkan adanya kehidupan. tanpa adanya dikotomi tersebut dunia adalah sesuatu yang hampa.

begitu juga perubahan, dunia ini tak akan ada tanpa adanya perubahan, bayangkan saja kalau semua dari dulu tak berubah, maka kehidupan itu tak akan mungkin ada.

hidup adalah terlahir dari dikotomi hitam-putih dan perubahan. itulah nenek moyang kita. makan segala sesuatu di dunia ini tak luput dari perubahan, begitu juga hidup ini, cepat atau lambat pasti kita akan berubah menjadi mati.

jangankan manusia, planet, tata surya dan bahkan galaksipun mempunyai umur. jangankan manusia yang sangat kecil dan berada dalam wadah galaksi, adalah hal yang sangat bodoh kalau ada manusia yang ingin hidup abadi. itu semua sangat jauh dari kemungkinan.

maka dari itu tak ada alasan untuk takut mati. mungkin dalam taraf tertentu masih diperlukan seperti orang takut mati sehingga dia tidak terjun dari gedung.

bagaimanakah alam semesta sebenarnya? sebenarnya kita tinggal di alam apa dan dimana ini?

yang jelas dan pasti alam semesta ini memang ada, tak ada yang pernah menciptakan dan tak ada yang bisa memusnahkan atau melenyapkan. alam semesta abadi tak akan pernah lenyap namun alam semesta terus berubah. sesuatu yang tak pernah diciptakan dan tak pernah hancur adalah bisa diterima oleh akal sehat manusia. contohnya adalah sebuah atom, anggaplah atom itu adalah benda terkecil walaupun sangat tak masuk logika kalau benda terkecil itu ada di dunia ini.

bayangkan saja, alam semesta tak mempunyai batas. tinggi setinggi tingginya, lebar selebar lebarnya, luas seluas luasnya. kita menginjak sebuah planet, planet mengelilingi matahari, matahari mengelilingi galaksi bima sakti, bima sakti, andromeda, orion dan lain2 mengelilingi apa lagi? sepertinya begitu seterusnya dan tak ada batas. jadi keatas tak ada batas, lalu bagaimanakah dengan kebawah?

kebawah ada atom, dibawahnya ada elektron dan lain sebagainya. bayangkan saja seandainya jauh diatas galaksi bima sakti ada lagi banyak buletan dan ada manusia yang sangat besar, seperti apakah dia melihat kita? dia tidak akan bisa memikirkan keberadaan kita karena dia melihat partikel terkecil sebagai matahari kita. sama seperti kita melihat atom. bayangkan saja berapa perbandingan ukuran tubuh manusia dengan matahari. manusia raksasa tersebut tak pernah dan tak bisa memikirkan kalau ada manusia sekecil kita.

begitu juga kita, seberapa kecilkah benda terkecil itu? jawabannya adalah sekecil dan sehalus pikiran manusia. kenapa? karena benda terkecil itu hanyalah ada di piliran manusia. sesungguhnya dilihat dari segi logika tak ada batas. di dalam alam semesta ini sama sekali tak ada ruangan kosong, dalam udara ternyata ada oksigen, di luar angkasa ternyata dipenuhi kosmik dan eter.

makan jika benda atau partikel terkecil itu ada maka alam semesta akan kaku dan tak dapat bergerak dan tak dapat berubah atau menjadi mati. memang terdengar konyol, namun masuk di logika. dunia ini adalah sebuah ilusi, dunia sangat halus hanya saja benda2 tertentu terlihat padat.

kembali ke persoalan kekekalan alam. alam tak pernah ada yang menciptakan dan tak akan ada yang pernah bisa melenyapkannya. jika ada paling2 hanya sebatas dirubah menjadi bentuk lain. seandainya saja alam semesta ini ada yang menciptakan dengan suatu kekuatan, makan pencipta tersebut pasti hidup di sebuah alam dan alam tersebut siapa yang menciptakan?

sama seperti kekekalan energi, energi tak bisa diciptakan dan tak dapat dimusnahkan namun energi bisa dikonversi. sesuatu yang dikonversi sering kita lihat sebagai sesuatu yang musnah.

apakah begitu juga halnya dengan hidup? apakah kesadaran ini adalah sebuah zat yang berbeda dimensi dengan benda fisik?jika iya, atau dengan kata lain kalau roh memang ada berarti roh itu bersifat abadi dan reinkarnasi dapat diterima secara logika. stock kehidupan adalah itu2 saja. sama seperti atom dia hanya berubah wujud dan komposisi.

dunia ini tak bisa dipikirkan, tak masuk logika. sama sepertu menelan air laut. katanya semakin diminum maka kita akan semakin haus. begitu juga alam semesta, semakin dipikirkan dan diperjelas maka dia akan semakin kabur. jadi hiduplah tetap di duniamu yang penuh dengan batas. alam semesta tak usah dipikirkan, alam semesta menyesatkan dan hanyalah sebuah ilusi. yang nyata adalah kematianmu.

so, just enjoy your life, gak usah berfikir macem2,

hiduplah menjadi manusia biasa,

kejarlah keinginan dan cita2

nikmatilah hidup ini,

hidup adalah sebuah kesempatan, manfaatkanlah sebaik2nya

dont miss it